Sesi 1. Toleransi dan Kerukunan Umat Beragama dalam Bingkai Pancasila dan Islam
Lhokseumawe – Sekolah Tinggi Ilmu Hukum (STIH) Al-Banna Lhokseumawe menggelar Focus Group Discussion (FGD) Mata Kuliah Wajib Kurikulum (MKWK) berbasis proyek dengan tema “Integrasi Nilai Pancasila dan Islam dalam Membangun Toleransi, Semangat Bela Negara, dan Literasi Digital”, Sabtu (4/10/2025) di Aula Teuku Umar, Hotel Diana Lhokseumawe.
Kegiatan yang dibuka oleh Ketua STIH Al-Banna, Muksalmina, S.H.I., M.H, ini dihadiri puluhan mahasiswa dan dosen. Dalam sambutannya, Muksalmina menekankan pentingnya integrasi nilai-nilai Pancasila dengan Islam dalam pendidikan tinggi.
“Mahasiswa hukum harus menjadi teladan, bukan hanya paham teori, tetapi juga mempraktikkan toleransi, cinta tanah air, dan bijak menggunakan teknologi digital,” ungkapnya.
Tiga narasumber dihadirkan untuk memperkaya perspektif mahasiswa dan pengembangan bagi dosen pengampu MKWK dalam menyusun model pembelajaran yang berbasis proyek.
Dalam FGD tersebut, Dr. Tgk. H. M. Rizwan Haji Ali, MA, Ketua PCNU Kota Lhokseumawe, menjadi pemateri pertama.
Dalam paparannya, Tgk. Rizwan menegaskan bahwa Islam hadir dengan membawa ajaran rahmatan lil ‘alamin yang sejalan dengan nilai-nilai universal kemanusiaan. Toleransi dalam Islam bukan sekadar slogan, melainkan prinsip hidup yang diajarkan langsung oleh Rasulullah SAW dalam membangun masyarakat Madinah yang multikultural.
“Toleransi bukan berarti melepas prinsip akidah, melainkan menghormati hak orang lain. Rasulullah SAW sendiri memberi teladan hidup damai dengan berbagai komunitas, baik Yahudi, Nasrani, maupun suku-suku Arab yang berbeda keyakinan,” jelasnya.
Menurutnya, mahasiswa hukum sebagai calon intelektual bangsa harus mampu menjadi penghubung antara nilai-nilai agama dan konstitusi negara. Pemahaman yang benar tentang toleransi akan mencegah munculnya sikap ekstrem, diskriminasi, dan konflik horizontal di masyarakat.
FGD ini juga memberi ruang diskusi interaktif. Beberapa mahasiswa menanyakan bagaimana menghadapi ujaran kebencian yang sering mengatasnamakan agama. Menanggapi hal itu, Tgk. Rizwan menekankan bahwa sikap ilmiah dan argumentasi yang sehat menjadi kunci menjaga marwah Islam sebagai agama damai. (el-fasiy)
Tinggalkan Komentar